Selasa, 16 Februari 2016

Coretanku : Bintang dan Senja



Bintang dan Senja
karya : Zhee

Beratus kali Senja jatuh karena Bintang, Beratus kali pula Senja bangkit untuknya.
Seakan tak pernah lelah mengejar dan tak pernah lelah untuk bangkit dan berlari.
Namun, Bintang yang ia kejar tetap acuh tak peduli.
Ada kalanya, Senja sudah lelah. Ia menyerah untuk bangkit dan berlari. Di tengah rasa lelahnya itu, tiba-tiba saja seseorang yang dikejarnya berdiri di hadapannya dan  mengulurkan tangan untuknya bangkit.
Senja menatap nanar tangan yang terulur. Ia memalingkan wajahnya dan berkata, “Aku telah jatuh bangun beratus kali mengejarmu, dan baru saat ini aku melihat kau berdiri hendak menolongku. Kemana saja kau selama ini? Apa yang membuatmu mengacuhkanku?” Sentaknya, masih memalingkan wajahnya “Aku menolak tangan yang kau ulurkan, karena aku sudah tak sanggup lagi untuk jatuh dan bangkit karenamu untuk kesekian kalinya.”

“Mengapa? Mengapa kau menyerah bangkit untukku?”
Senja menjawab “Berapa kali aku harus jatuh dan bangkit lagi? Berapa lama lagi, aku harus menunggu dan mengejarmu? Tak sadarkah kamu akan semua payahku?”
“Sekali lagi, izinkan aku melihatmu bangkit untukku, mengejarku, dan menungguku. Aku berjanji, aku akan bersamamu. Selalu bersamamu.” Pinta Bintang.
Senja terdiam. Lama. Bagaimana aku bisa berjuang menepis semua pijakan duri yang ia sematkan dalam sifat acuhnya?. Batinnya.
Dengan tenang, Bintang pun berkata, “Senja, cintamu bagaikan kaki yang kupakai untuk berpijak dalam cakrabuana[1] yang terus berputar. Dirimu bagaikan sebuah melodi dalam partitur hidup yang kujalani, tutur kata lembutmu membuatku kuat menghadapi kerasnya buana ini. Makramat[2]mu membuat hatiku semakin tenang.”
Titik air secara tak sengaja menyentuh pipi lembut Senja, tetapi kelopak matanya menahan sekuat tenaga agar titik air selanjutnya tidak membasahi pipinya.
“Senja, aku tanpamu bagaikan raga tanpa jiwa. Tanpa dirimu, aku tak akan pernah mengerti bagaimana aku harus berjuang menghadapi terpaan badai kehidupan.”
Senja gemetar. Wajahnya memerah dan tangannya mengepal. Darah dalam tubuhnya seakan mendidih. Dengan penuh amarah, ia berkata “Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dengan begitu mudahnya kau mengucapkan bahwa aku adalah jiwamu sementara selama ini tak sedikit pun kau melihatku? Kau kira, hatiku terbuat dari besi? Yang tak akan tertembus oleh peluru acuhmu?”
Bintang terkejut dengan apa yang dikatakan Senja. Semua yang dikatakan Senja membuat Bintang semakin merasa bersalah. Bintang tak mampu berkata sepatah pun. Ia hanya mampu memandangi Senja yang kini berurai air mata.
Senja yang tak kuat lagi akhirnya berlari meninggalkan Bintang. Ia berlari menuju tempat  semua ini berawal dan bertekad untuk melupakan semua hal tentang Bintang.
Senja berlari dan terus berlari. Panasnya pasir karena sengatan matahari tak dirasakannya, kaki yang terluka akibat gesekan antar kulit dan pasir yang panas pun tak di hiraukannya. Hingga ia terlalu lelah dan akhirnya jatuh tersungkur. Badannya sudah terlalu lemah untuk berlari kembali ke belakang. Jangankan untuk berlari, untuk bangun pun sepertinya tak ada tenaga yang tersisa.
Bintang terengah-engah mengejar Senja dalam kebisuan dan mendapati Senja jatuh tersungkur. Dengan sigapnya ia membopong Senja dan mencarikannya tempat yang teduh untuk beristirahat. Melihat Senja yang jatuh bak tak ada daya, membuat hatinya sakit bagai disayat sembilu di setiap jengkalnya. Bagaimana sang raga kuat melihat jiwanya kesakitan?
“Bintang, apa yang kau lakukan?” ucap Senja lirih.
“Aku akan membuatmu kuat lagi, Senja.” Jawab Bintang.
“Untuk apa? Mengejarmu lagi?”
“Bukan, bukan untuk mengejarku lagi. Bukannya raga tidak akan mampu hidup tanpa jiwanya?”
“Lalu?”
Bintang mengusap lembut pipi Senja, “Kuatlah, karena kau akan berlari bersamaku. Disampingku. Kau akan menjadi jatukrama[3]ku.”
Senyum pun akhirnya tersungging di wajah Senja. Amarahnya kini raib entah kemana.
Melihat Senja tersenyum, Bintang pun menautkan jemarinya ke jemari Senja. Mereka saling menguatkan. Dan akhirnya, keduanya berjalan bersama menuju Suraloka[4].


[1] Roda dunia
[2] Kemurahan hati
[3] Istri, teman hidup (perempuan)
[4] Kayangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar