Selasa, 12 Januari 2016

Cerpen : Sirius



SIRIUS
Karya : Zhee
 
“Only great people put their dreams not as high as sky
 but put it as high as Sirius.”
 – Zhilla A Ukrima –
Bandung, 1997
“Ibu, Langit malam ini indah sekali. langitnya berkelap-kelip.” Ujar seorang anak perempuan kecil, Zheefana kepada ibunya. Ibunya, halimah hanya menjawab putri kecilnya dengan senyuman. Halimah kemudian duduk di samping putrinya dan mendengarkan celotehan putrinya ini. “Ibu, Ibu apakah langit memiliki mata? Lihat ibu! Mata langit berkelap-kelip! Bagusnyaa..” Celoteh Zheefana sembari mengamati langit. Ibu Halimah menjawab dengan penuh kasih sayang “Bukan sayang, yang berkelap kelip itu namanya bintang, bukan mata langit. Langit tidak memiliki mata sayang” “Bin..tang.. apa itu bintang ibu?” Tanya Zheefana penasaran. “Bintang adalah salah satu benda langit yang muncul di malam hari bersama bulan untuk menggantikan matahari.”
Zhee melanjutkan pertanyaannya “Mengapa malam tetap gelap? Padahal, ada dua benda langit yang ada di atas. Sedangkan siang, hanya dengan matahari semuanya menjadi terang benderang. Mengapa demikian ibu?”. Ibu Halimah tersenyum, menyadari pertanyaan cerdas dari anaknya “Sudahlah nak, jika kamu besar nanti kamu akan mengerti. Mengapa bintang tak mampu menyinari bumi sama seperti matahari? Mengapa cahaya dari satu matahari pada siang hari mengalahkan cahaya banyak bintang pada malam hari? Semua akan terjawab saat kamu besar nanti.” Zhee terlihat kecewa “Kalau begitu, kapan aku besar?” Halimah tertawa kecil kemudian berkata “Nanti sayang, ada waktunya sendiri.”
 “Jadi, aku belum besar ya..” Ujar Zhee dengan nada kecewa. Tak lama kemudian dia bertanya kembali kepada sang ibunda  “Ibu, dari banyaknya bintang. Bintang apa yang paling terang?” Halimah menjawab “Bintang itu namanya Bintang Sirius.” “Bintang Si..ri..us?” Eja Zheefana “Nama yang cantik ya Bu.” Tungkasnya. Zhee kembali memandangi langit “Dengan bintang, langit dimalam hari jadi indah ya bu.” Halimah memandangi putri kecilnya, membelai rambutnya seraya menasehati putrinya “Langit memang indah nak, tapi jauh diatas sana ada Galaksi yang lebih indah. Disitulah seharusnya mimpimu tergantung. Tergantung indah diantara bintang-bintang galaksi. Hanya orang-orang hebat yang akan menggantungkan mimpi bukan hanya setinggi langit, tapi menggantungkannya sejajar dengan Sirius.” Zheefana menatap ibunya tak mengerti “Ibu, aku tidak mengerti. Apa yang ibu katakan?” belum sampai ibunya menjawab Zheefana menyela“Ah.. Ibu berkata Sirius!! Ya Sirius!! Aku ingin mendapatkan Sirius!” Sela Zheefana, tersenyum sambil menunjuk satu bintang. “Zheefana, malam kian larut nak. Ayo waktunya tidur.” Ajak Ibu Halimah.
Zheefana mengikuti langkah ibunya memasuki rumah sambil berceloteh kembali “Ibu, aku ingin jadi astronot! Supaya aku bisa melihat Sirius!” Halimah—Sekali lagi hanya tersenyum mendengarnya “Kalau begitu, kamu harus rajin belajar sayang, dan sekarang sudah waktunya untuk tidur. Ibu tidak mau anak ibu ini telat ke sekolah besok.” Zheefana berjalan ke tempat tidurnya, menarik selimut dan berusaha memejamkan mata. Namun, Zhee membuka matanya kembali dan membisikkan sesuatu kepada ibunya “Ibu aku ingin menjadi sirius.”
Observatory Bosscha, Bandung Institute Of Technology (FMIPA, Astronomy). 2009
Zheefana duduk membelakangi teleskop refraktor unitron sambil membaca buku “Introduction to modern astrophysics”  karya Carroll dan ostlie. Tak lama kemudian temannya, Shin memanggilnya “Zheefana, Kemarilah! Ayo ikut aku ke gedung teleskop refraktor zeiss, Sebentar lagi rasi bintang Canis Major akan terlihat!” Zheefana tak menghiraukannya, ia tetap kukuh bersama buku yang dibacanya. “Zhe! Bukankah kau ingin melihat Sirius? Lepaskan bukumu sebentar. dan lihatlah, rasi canis major sudah terlihat!” Teriak Shin. Zheefana tersadar dari lamunannya segera menghampiri Shin yang telah bersiap di depan gedung Refraktor ganda zeiss. “Cepat Zhee, ini sudah terlihat.” Desak Shin. Zheefana segera menuju refraktor ganda zeiss dan mengoperasikannya. “Syi’ra!” teriak Zhee kepada Shin. Shin kebingungan “Apa itu Syi’ra?” Tanya Shin. Zheefana kini beralih pada Shin, “Dan bahwasanya Dialah Tuhan yang memiliki bintang Syi'ra, Al-Qur’an Surah An-Najm ayat 49.”
“Lalu, apa hubungannya dengan Sirius?” Sela Shin. “Di dalam kitab suci ku, Al-Qur’an telah menjelaskan tentang bintang syi’ra yang orbitnya berbentuk seperti dua ujung busur panah setiap 49,9 tahun. Sama seperti orbit Sirius bukan? Maka dari itu, dalam astronomi islam, Sirius disebut dengan Syi’ra..” Jelas Zheefana yang tiba-tiba terpotong oleh langkah kaki Musfida yang menerobos masuk dengan wajah gembira sembari membawa amplop. “Zhee, apakah sudah selesai?” Tanya Musfida. Zhee menjawab “Sudah Fida, kenapa kau kesini? Dan, apa yang kau bawa itu?”
“Lihat Zhee! Aku bawa kabar gembira untukmu!” Ujar Musfida berapi-api. “Apa Fid? Kau membawa kabar apa?” Tanya Zheefana penasaran. “Kau lulus tes beasiswa California State University!”. Zheefana yang kaget mendengar kabar itu langsung memeluk Musfida “Ibu! Mimpiku jadi Kenyataan!” Teriak Zheefana. “Pasti kau masuk prodi physics and astronomy. Kau melanjutkan mimpi ibumu, Itu yang dari dulu kau inginkan? Haha, dasar anak bintang!” Ujar Shin menimpali “Awas kau Zhee, aku akan menyusulmu ke Amerika! Aku akan jadi Astronot dan kau akan menjadi peneliti bintang.” Lanjut Shin sembari bercanda. “Ha? Kau ingin mengalahkan pemenang kita Zheefana? Pemimpi hebat ini akan ke Amerika! Sedangkan kau? Bahkan  satu tambah satu pun kau tak bisa.” Canda Musfida, merekapun tertawa bersama.
***
“Ibu, aku ingin menjadi peneiti bintang! Pasti aku bisa melihat Sirius”
“Kalau begitu, kau harus giat belajar sayang. Supaya Sirius yang kau idamkan bisa dalam genggamanmu.”
“Ibu, siapakah astronot dari Indonesia?” Tanya Zheefana dengan polosnya
“Kau nak, kau yang akan menjadi astronot pertama Indonesia!” Jawab Ibu Halimah.“Benarkah? Jadi aku bisa pergi ke bintang?” Tanya Zheefana dengan mata berbinar. ibunya hanya tersenyum.
“Ibu, berapa jarak bumi dan bintang?”
“Jauh, sangat jauh. Bintang yang dekat dengan tata surya kita saja, Alpha centauri jaraknya dari bumi 4,3 tahun cahaya.”
“Ibu, apa itu tahun cahaya? Lalu jarak bumi dan Sirius?”
“Ah, ibu sudah lupa nak. Ibu tellah lama tidak mempelajarinya kembali tapi yang pasti itu berjuta kilometer jauhnya dan jarak bumi dengan Sirius kalau tidak salah 8,6 tahun cahaya. Itu jauh sekali sayang, lagipula bintang sangatlah panas. Tidak ada astronot yang pergi ke bintang.”
“Mengapa bintang sangat panas bu?”
 “Lihat, sekarang matahari bersinar dengan cerahnya. Matahari adalah bintang dalam tata surya kita. Jika matahari saja panasnya seperti ini, bagaimana dengan bintang lain? Jika bintang lain yang jaraknya tahunan cahaya bisa bersinar di bumi dengan terang.”
“Ah, aku tidak mau jadi astronot! Aku mau jadi peneliti bintang saja!” Omel si kecil, Zheefana. Dia langsungberdiri dari tempatnya duduk dan berteriak dengan keras “Ibu! Aku akan menjadi seorang peneliti bintang! Aku akan menjadi saah satu orang Indonesia yang menjadi peneliti Ini mimpiku!”
***
National Aeronautics and Space Administration (NASA), Washington D.C. 2014
“Nak, jaga dirimu disana baik-baik. Ibu akan selalu mendoakanmu.”
“Ibu, jika waktunya telah tiba aku akan membawa ibu kesini. Aku janji ibu.”
“Tidak Nak, ibumu ini dilahirkan disini dan akan mati disini. Jangan paksa ibu untuk tinggal disana Nak.” Tolak Ibu.
“Kenapa Bu? Ibu bisa dekat denganku disini..”
“Nak, pulanglah.. Pulanglah saat semua ilmu yang kau dapatkan serasa cukup. Negeri ini membutuhkanmu Nak. Kita boleh melanglang buana, tapi ingat kau dilahirkan disini. Dan lebih baik kau berjuang di negeri sendiri.”
“Baiklah Ibu, aku akan kembali suatu saat nanti. Aku berjanji akan kembali ke Indonesia.”
“Nak, sekarang segeralah lakukan pekerjaanmu. Ingat nak, mimpimu memang sudah tercapai, tapi ciptakanlah mimpi-mimpi lain agar kamu bisa lebih semangat menjalani hidup.” Ibu menasehatiku.
Aku menutup telepon dari ibuku. Menarik nafas panjang, dan memikirkan setiap kata yang ibu berikan hari ini. Sembari bersiap menuju tempat dimana seharusnya aku berada. Disinilah aku sekarang. Aku, Zheefana Halim telah menjadi bagian dari mereka, orang Indonesia yang menginjakkan kakinya sebagai peneliti di kantor pusat NASA. Mimpiku tercapai, ya tercapai. Tapi aku masih memiliki mimpi lain yang harus diperjuangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar