SIRIUS
Karya : Zhee
Karya : Zhee
“Only great people put their dreams not as high as sky
but put it as high as Sirius.”
– Zhilla A Ukrima –
Bandung, 1997
“Ibu, Langit malam ini indah
sekali. langitnya berkelap-kelip.” Ujar seorang anak perempuan kecil, Zheefana
kepada ibunya. Ibunya, halimah hanya menjawab putri kecilnya dengan senyuman.
Halimah kemudian duduk di samping putrinya dan mendengarkan celotehan putrinya
ini. “Ibu, Ibu apakah langit memiliki mata? Lihat ibu! Mata langit
berkelap-kelip! Bagusnyaa..” Celoteh Zheefana sembari mengamati langit. Ibu
Halimah menjawab dengan penuh kasih sayang “Bukan sayang, yang berkelap kelip
itu namanya bintang, bukan mata langit. Langit tidak memiliki mata sayang” “Bin..tang..
apa itu bintang ibu?” Tanya Zheefana penasaran. “Bintang adalah salah satu
benda langit yang muncul di malam hari bersama bulan untuk menggantikan
matahari.”
Zhee melanjutkan
pertanyaannya “Mengapa malam tetap gelap? Padahal, ada dua benda langit yang
ada di atas. Sedangkan siang, hanya dengan matahari semuanya menjadi terang
benderang. Mengapa demikian ibu?”. Ibu Halimah tersenyum, menyadari pertanyaan
cerdas dari anaknya “Sudahlah nak, jika kamu besar nanti kamu akan mengerti.
Mengapa bintang tak mampu menyinari bumi sama seperti matahari? Mengapa cahaya
dari satu matahari pada siang hari mengalahkan cahaya banyak bintang pada malam
hari? Semua akan terjawab saat kamu besar nanti.” Zhee terlihat kecewa “Kalau
begitu, kapan aku besar?” Halimah tertawa kecil kemudian berkata “Nanti sayang,
ada waktunya sendiri.”
“Jadi, aku belum besar ya..” Ujar Zhee dengan
nada kecewa. Tak lama kemudian dia bertanya kembali kepada sang ibunda “Ibu, dari banyaknya bintang. Bintang apa yang
paling terang?” Halimah menjawab “Bintang itu namanya Bintang Sirius.” “Bintang
Si..ri..us?” Eja Zheefana “Nama yang cantik ya Bu.” Tungkasnya. Zhee kembali
memandangi langit “Dengan bintang, langit dimalam hari jadi indah ya bu.” Halimah
memandangi putri kecilnya, membelai rambutnya seraya menasehati putrinya “Langit
memang indah nak, tapi jauh diatas sana ada Galaksi yang lebih indah. Disitulah
seharusnya mimpimu tergantung. Tergantung indah diantara bintang-bintang
galaksi. Hanya orang-orang hebat yang akan menggantungkan mimpi bukan hanya
setinggi langit, tapi menggantungkannya sejajar dengan Sirius.” Zheefana
menatap ibunya tak mengerti “Ibu, aku tidak mengerti. Apa yang ibu katakan?” belum
sampai ibunya menjawab Zheefana menyela“Ah.. Ibu berkata Sirius!! Ya Sirius!!
Aku ingin mendapatkan Sirius!” Sela Zheefana, tersenyum sambil menunjuk satu bintang.
“Zheefana, malam kian larut nak. Ayo waktunya tidur.” Ajak Ibu Halimah.
Zheefana mengikuti langkah ibunya memasuki rumah sambil
berceloteh kembali “Ibu, aku ingin jadi astronot! Supaya aku bisa melihat
Sirius!” Halimah—Sekali lagi hanya tersenyum mendengarnya “Kalau begitu, kamu
harus rajin belajar sayang, dan sekarang sudah waktunya untuk tidur. Ibu tidak
mau anak ibu ini telat ke sekolah besok.” Zheefana berjalan ke tempat tidurnya,
menarik selimut dan berusaha memejamkan mata. Namun, Zhee membuka matanya
kembali dan membisikkan sesuatu kepada ibunya “Ibu aku ingin menjadi sirius.”
Observatory Bosscha,
Bandung Institute Of Technology (FMIPA, Astronomy).
2009
Zheefana duduk membelakangi teleskop refraktor unitron
sambil membaca buku “Introduction to modern astrophysics” karya Carroll dan ostlie. Tak lama kemudian
temannya, Shin memanggilnya “Zheefana, Kemarilah! Ayo ikut aku ke gedung teleskop
refraktor zeiss, Sebentar lagi rasi bintang Canis Major akan terlihat!” Zheefana
tak menghiraukannya, ia tetap kukuh bersama buku yang dibacanya. “Zhe! Bukankah
kau ingin melihat Sirius? Lepaskan bukumu sebentar. dan lihatlah, rasi canis
major sudah terlihat!” Teriak Shin. Zheefana tersadar dari lamunannya segera
menghampiri Shin yang telah bersiap di depan gedung Refraktor ganda zeiss.
“Cepat Zhee, ini sudah terlihat.” Desak Shin. Zheefana segera menuju refraktor
ganda zeiss dan mengoperasikannya. “Syi’ra!” teriak Zhee kepada Shin. Shin
kebingungan “Apa itu Syi’ra?” Tanya Shin. Zheefana kini beralih pada Shin, “Dan
bahwasanya Dialah Tuhan yang memiliki bintang Syi'ra, Al-Qur’an Surah An-Najm
ayat 49.”
“Lalu, apa hubungannya dengan Sirius?” Sela Shin. “Di dalam kitab suci
ku, Al-Qur’an telah menjelaskan tentang bintang syi’ra yang orbitnya berbentuk
seperti dua ujung busur panah setiap 49,9 tahun. Sama seperti
orbit Sirius bukan? Maka dari itu, dalam astronomi islam, Sirius disebut dengan
Syi’ra..” Jelas Zheefana yang tiba-tiba terpotong oleh langkah kaki Musfida
yang menerobos masuk dengan wajah gembira sembari membawa amplop. “Zhee, apakah
sudah selesai?” Tanya Musfida. Zhee menjawab “Sudah Fida, kenapa kau kesini?
Dan, apa yang kau bawa itu?”
“Lihat Zhee! Aku bawa kabar gembira untukmu!” Ujar Musfida
berapi-api. “Apa Fid? Kau membawa kabar apa?” Tanya Zheefana penasaran. “Kau
lulus tes beasiswa California State University!”. Zheefana yang kaget mendengar
kabar itu langsung memeluk Musfida “Ibu! Mimpiku jadi Kenyataan!” Teriak
Zheefana. “Pasti kau masuk prodi physics and astronomy. Kau melanjutkan mimpi
ibumu, Itu yang dari dulu kau inginkan? Haha, dasar anak bintang!” Ujar Shin
menimpali “Awas kau Zhee, aku akan menyusulmu ke Amerika! Aku akan jadi
Astronot dan kau akan menjadi peneliti bintang.” Lanjut Shin sembari bercanda.
“Ha? Kau ingin mengalahkan pemenang kita Zheefana? Pemimpi hebat ini akan ke
Amerika! Sedangkan kau? Bahkan satu
tambah satu pun kau tak bisa.” Canda Musfida, merekapun tertawa bersama.
***
“Ibu, aku ingin
menjadi peneiti bintang! Pasti aku bisa melihat Sirius”
“Kalau begitu, kau
harus giat belajar sayang. Supaya Sirius yang kau idamkan bisa dalam
genggamanmu.”
“Ibu, siapakah
astronot dari Indonesia?” Tanya Zheefana dengan polosnya
“Kau nak, kau yang
akan menjadi astronot pertama Indonesia!” Jawab Ibu Halimah.“Benarkah? Jadi aku
bisa pergi ke bintang?” Tanya Zheefana dengan mata berbinar. ibunya hanya
tersenyum.
“Ibu, berapa jarak
bumi dan bintang?”
“Jauh, sangat jauh.
Bintang yang dekat dengan tata surya kita saja, Alpha centauri jaraknya dari
bumi 4,3 tahun cahaya.”
“Ibu, apa itu tahun
cahaya? Lalu jarak bumi dan Sirius?”
“Ah, ibu sudah lupa
nak. Ibu tellah lama tidak mempelajarinya kembali tapi yang pasti itu berjuta
kilometer jauhnya dan jarak bumi dengan Sirius kalau tidak salah 8,6 tahun
cahaya. Itu jauh sekali sayang, lagipula bintang sangatlah panas. Tidak ada
astronot yang pergi ke bintang.”
“Mengapa bintang
sangat panas bu?”
“Lihat, sekarang matahari bersinar dengan
cerahnya. Matahari adalah bintang dalam tata surya kita. Jika matahari saja
panasnya seperti ini, bagaimana dengan bintang lain? Jika bintang lain yang
jaraknya tahunan cahaya bisa bersinar di bumi dengan terang.”
“Ah, aku tidak mau
jadi astronot! Aku mau jadi peneliti bintang saja!” Omel si kecil, Zheefana.
Dia langsungberdiri dari tempatnya duduk dan berteriak dengan keras “Ibu! Aku
akan menjadi seorang peneliti bintang! Aku akan menjadi saah satu orang
Indonesia yang menjadi peneliti Ini mimpiku!”
***
National
Aeronautics and Space Administration (NASA), Washington D.C. 2014
“Nak, jaga dirimu disana baik-baik. Ibu akan selalu
mendoakanmu.”
“Ibu, jika waktunya telah tiba aku akan membawa ibu kesini.
Aku janji ibu.”
“Tidak Nak, ibumu ini dilahirkan disini dan akan mati
disini. Jangan paksa ibu untuk tinggal disana Nak.” Tolak Ibu.
“Kenapa Bu? Ibu bisa dekat denganku disini..”
“Nak, pulanglah.. Pulanglah saat semua ilmu yang kau
dapatkan serasa cukup. Negeri ini membutuhkanmu Nak. Kita boleh melanglang
buana, tapi ingat kau dilahirkan disini. Dan lebih baik kau berjuang di negeri
sendiri.”
“Baiklah Ibu, aku akan kembali suatu saat nanti. Aku
berjanji akan kembali ke Indonesia.”
“Nak, sekarang segeralah lakukan pekerjaanmu. Ingat nak,
mimpimu memang sudah tercapai, tapi ciptakanlah mimpi-mimpi lain agar kamu bisa
lebih semangat menjalani hidup.” Ibu menasehatiku.
Aku menutup telepon dari ibuku. Menarik nafas panjang, dan
memikirkan setiap kata yang ibu berikan hari ini. Sembari bersiap menuju tempat
dimana seharusnya aku berada. Disinilah aku sekarang. Aku, Zheefana Halim telah
menjadi bagian dari mereka, orang Indonesia yang menginjakkan kakinya sebagai
peneliti di kantor pusat NASA. Mimpiku tercapai, ya tercapai. Tapi aku masih
memiliki mimpi lain yang harus diperjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar